Perilaku Kesehatan
DEFINISI
Menurut Sarwono (1993) bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir) maupun
aktif (melakukan tindakan). Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku juga
dapat diartikan sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung.
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan
lingkungan. (Notoatmodjo, 2007).
Becker (1979) dalam Notoatmodjo
(2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
mencakup antara lain:
·
Makan
dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam
arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak
juga lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan 4
sehat 5 sempurna.
·
Olahraga
teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan
tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
·
Tidak
merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia, seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari
hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. Inilah tantangan
pendidikan kesehatan kita.
·
Tidak
minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengonsumsi narkoba
(narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga cenderung meningkat). Sekitar
1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum miras
ini.
·
Istirahat
yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidu akibat tuntutan untuk
penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras
dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat
membahayakan kesehatan.
·
Mengendalikan
stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. Stres
tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatankegiatan yang positif.
·
Perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalny: tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaiaan diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya.
2. Perilaku
sakit (Illnes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku
peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang
sakit, yang harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick
role) yang meliputi:
• Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
• Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.
• Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh
perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang
sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas
kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).
FAKTOR-FAKTOR
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu:
faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor),
dan faktor penguat (reinforcing factor).
1. Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors)
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt
behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Notoatmodjo,
2003).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain :
·
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi
mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang mereka miliki.
·
Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
·
Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini
taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
·
Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan
atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan sesorang untuk
mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
·
Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah
dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada
dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara
sabjektif.
·
Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi
dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini dapat
menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan
lingkungan yang baik. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut
sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3. Faktor-faktor
pendorong (reinforcing factors)
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan penguat
terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku.
Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya
hukuman dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses
terbentuknya perilaku.
INDIKATOR KESEHATAN GIGI dan MULUT
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah menetapkan indikator status
kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang mengacu pada Global Goals for Oral
Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan ADR.
Indikator Global Goals
for Oral Health 2020, adalah :
1.
Berkurangnya
jumlah sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit.
2.
Peningkatan
proporsi bebas karies pada usia 6 tahun.
3.
Penurunan
komponen Decay dari DMF–T pada usia 12
tahun, dengan perhatian khusus pada
kelompok beresiko tinggi.
4.
Berkurangnya
jumlah gigi diekstraksi karena karies pada usia 18 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Ilmu dan Seni kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
UH Harahap.
2011. Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Penanggulangan Malaria Di Kelurahan
Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.
[pdf]. (repository.usu.ac.id)
Sarwono.
1993. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan.