selamat datang, pagi.
Selamat
datang, pagi. Sayang sekali, malam tidak turut serta membawa kelamku pergi. Cerah
ya, semoga tidak hujan nanti sore, semoga aku pun sama. Sudah lama pagi tidak
secanggung ini. Mungkin menulis bisa membuatnya lebih baik.
Masih
dengan kesedihan yang sama. Aku awali dengan kata maaf. Maafkan mungkin
kapasitas maklumku tidak lebih besar dari keherananmu mengapa perlu
dipermasalahkan. Maafkan mungkin aku butuh waktu, untuk mencerna satu-satu. Ini
kan masalah sepele? Aku tidak ingin memperdebatkan seberapa sepele masalah
ini. Seandainya kamu membaca ini, aku cuma minta kamu membayangkan berada di
posisi ini, tenang, tanpa amarah. Semuanya terjadi begitu cepat, mendadak, dan
sekaligus, all at once.
Mungkin
kamu bisa membantu membuatnya sembuh lebih cepat? kalau tidak keberatan tentu
saja. mungkin bisa bantu jawab beberapa pertanyaan ini. kenapa akhirnya harus
dia? Kenapa dia? Beri aku satu jawaban yang logis, sehingga aku bisa berhenti
mempermasalahkan ini. Beri aku satu alasan yang tanpa bisa logika ini
membantah. Beri aku satu jawaban sehingga aku berhenti berfikir yang tidak
dirasakan instingku. Satu saja dan semuanya selesai. Tentu kalau kamu tidak
keberatan aku membahasnya lagi.
Selanjutnya,
kamu bisa beri alasan kenapa harus berbohong dulu? Kamu adalah orang yang
spesial, orang yang paling bisa aku percaya. Bahkan membayangkan kamu bohong
saja, logikaku menolak. Sejauh ini, aku hanya tau kamu orang yang jujur. Lantas,
apa alasanmu berbohong untuk masalah ini? Apakah kamu tidak tau? Itu sungguh
mengecewakan. Apakah kamu tidak sadar? Semakin kamu sembunyikan, semakin
membuat semua terlihat memang tidak baik-baik saja. Sakit. Kecewa. Bagaimana mungkin,
orang yang paling bisa aku percaya sekarang berbohong? Sekarang, tidak ada lagi
teman yang bisa dipercaya.
Last
but not least, bantu aku menjawab kapan dan bagaimana itu berawal? Sudah selama
ini dan aku baru mengetahuinya. Seandainya kamu membaca ini, mungkin bisa bantu
menjawab semuanya sehingga aku bisa benar-benar menganggap itu hanya komunikasi
yang wajar. Tolong jangan marah karena akupun sudah menurunkan egoku yang biasa
meledak-ledak untuk kamu untuk masalah ini. Cerita saja apa adanya, sungguh aku
akan sangat bersenang hati.
Coba
diresapi, dibayangkan kalau kamu aku, seorang perempuan. Aku bisa bersikap
baik-baik saja, tersenyum, tertawa, menganggap semuanya telah selesai dan
pura-pura lupa. Kamu ingat tidak sifat basis akrilik pada gigi tiruan penuh? Meskipun
dia kuat menahan seluruh tekanan oklusi gigi-gigi, tapi ketika itu jatuh itu
juga bisa patah. Pun sama hati perempuan seperti itu. Bahkan setelah kamu
memperbaikinya pun masih butuh waktu dan proses yang rumit untuk itu terlihat
baik-baik saja. Sama, aku pun begitu. Tapi maaf seandainya aku gagal
menyembunyikan kesedihanku, aku mohon pengertianmu untuk memaklumi aku butuh
waktu.
Terakhir,
aku ingin berterima kasih untuk semuanya. Setidaknya masih ada kejujuran di dalam
kebohonganmu. Terima kasih telah memberikan solusi agar masalah ini tidak
berlanjut. Tapi tenang saja, aku tidak menunggu kamu membaca ini kok untuk
dapat jawaban yang logis. Aku mau belajar menerima alasan-alasan yang sudah
kamu bicarakan dan menganggap semuanya logis. Kadang memang butuh memaksakan
hal-hal yang tidak logis ya untuk bisa legowo. Tapi memang butuh waktu. Luka butuh
empat belas hari kan untuk sembuh, doakan aku bisa lebih cepat dari itu ya. 9
November 2016, i love you.